Header Ads

Breaking News
recent

Bunuh Diri Butuh Proses Panjang, Kenapa?

Jadi pagi tadi ada sebuah link dikirim melalui whatsapp grup. Sebuah berita tentang orang yang bunuh diri lampu tol jorr. Dan tetiba teringat suatu masa, kenapa ya ada orang yang bunuh diri? Ada yang terjadi tapi ada yang yang akhirnya urung dilakukan.

Dulu waktu masih ABG (anak baru gede) sebelum masuk bangku SMA pernah mikir begini, "Yaampun ngapain pake acara bunuh diri segala".

Di sisi lain saat baca berita ada yang gagal atau nyaris bunuh diri langsung mikir, “Kenapa nggak langsung aja sih bunuh diri yang cepet gitu, yang langsung bener-bener mati?" iya nggak sih mikir gitu?


Kayaknya, jarang deh ada orang yang tiba-tiba "ingin" bunuh diri begitu aja. Sekarang gue paham, ternyata untuk mencapai proses berpikir bunuh diri itu sangatlah complicated. Proses yang terjadi hingga keputusan bunuh diri cukup panjang.

Apa sih faktor sehingga orang lain ingin bunuh diri? Biasanya yang disalahkan adalah depresi. Semakin besar tingkat depresi seseorang, kemungkinan besar pilihan yang dia lakukan adalah bunuh diri. Inget ya, satu dari banyak pilihan yang dia lakukan mungkin saja bunuh diri. Bisa baca Tingkat Depresi 2017 Meningkat Tajam, Sebabkan Bunuh Diri.

Iya WHO umumkan kalau tingkat depresi di dunia naik 18%.

Angka penderita depresi ini telah naik lebih dari 18 persen sejak 2005. Kurangnya bantuan untuk kesehatan mental yang dikombinasikan dengan ketakutan publik terhadap stigma depresi ini membuat banyak yang mengalami depresi tidak mendapat penanganan layak yang sebenarnya dibutuhkan agar mereka bisa menjalankan kehidupan yang sehat dan produktif. (CNN Indonesia)

Nah, balik lagi ke proses panjang yang terjadi oleh orang-orang yang mengalami depresi hingga akhirnya ingin bunuh diri karna stigma negatif masyarakat terhadap orang-orang "depresi atau penyakit mental" itu sendiri. Sedikit sekali orang memahami bahwa salah satu metode untuk bisa menarik mereka dari pikiran bunuh diri adalah dengan mendekati, menjadi teman bicara yang baik, tidak menghakimi. Yang ada di kebanyakan masyarakat adalah sebaliknya. Mereka enggan mendekati, takut hal buruk terjadi dan pada akhirnya mereka ditinggalkan.

Stigma masyarakat lainnya adalah bagi mereka yang mengalami depresi hingga akhirnya bunuh diri dikarenakan persoalan yang SUUUUAAANGGGGAAATTT berat. Padahal berat tidaknya suatu masalah beda satu sama lain.

Gue memahami bahwa kemampuan setiap orang mengatasi masalah berbeda-beda. Jadi jangan pernah menyamakan. Ada yang kalem dan tenang, ada yang nggak mikirin, ada yang blak-blakan cerita ke temen atau social media, dan lain sebagainya. Depresi atau penyakit mental sejenisnya sebenernya sama seperti Typhus, Demam, Malaria, sama-sama penyakit. Hanya beda di penampakan dan kepekaan masing-masing.

Orang depresi dan bunuh diri sebenarnya berjuang keras agar pikiran buruk semacam itu tak ia lakukan. Seperti yang gue bilang bahwa proses tersebut berlangsung dalam waktu tertentu. Mereka awalnya sangat sangat depresi karena sesuatu hal dan berjuang penuh untuk melawannya. Dan yang mereka butuhkan hanya sedikit perhatian, sedikit tambahan tenaga untuk melawannya, luapan semangat dari orang sekitar.

Mereka yang depresi dan ingin bunuh diri sering kali telah minta tolong dengan berbagai macam cara dan kode yang dikirimkan. Mulai dari ingin bertemu, ngajak ngobrol, sekedar chat menemani kesendiriannya, mungkin kalian pernah dicurhatin oleh seseorang dan bahkan bilang bahwa dia ingin mati saja atau memilih berencana untuk mengakhiri hidupnya?

Lalu mengapa ada yang berniat bunuh diri lalu tidak jadi atau gagal? Ada banyak hal yang ternyata dipikirkan orang-orang yang ingin bunuh diri, setidaknya mereka harus punya satu alasan kuat mengapa tidak jadi bunuh diri. Alasan kuat tersebut didasari atas seberapa pentingnya hal yang dipikirkannya tersebut. Apakah menjadi solusi atau tidak. Dukungan seseorang yang berusaha sekuat tenaga juga dapat menjadi alasan seseorang akhirnya tidak jadi bunuh diri.

Tolong, jangan abaikan!! Saat dia bicara seperti itu, dia sedang minta tolong padamu. Dia bisa saja mengungkapkan isi hatinya, namun ia malu. Dan itu merupakan hal paling berani yang bisa dia lakukan. Jadi, tolong, jangan abaikan. Jangan pula remehkan apa yang dia rasakan dan alami.

Oh iya yang paling parah adalah stigma "Itu orang kurang nyentuh agama aja, kurang deket ke Tuhan." Jika posisinya ada di kalian, adalah hal sulit untuk mengingat Tuhan. Dan teman yang baik atau orang sekitar yang memang peduli, jangan nyindir demikian. Mungkin saja kalian bisa jadi jalan agar hatinya tergerak untuk mengingat Tuhan saat pikiran kacaunya datang. Jangankan mengingat ibadah, saat depresi, ingat makan aja kadang susah. Jadi bantu juga mereka perlahan untuk ingat bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan solusi.

"Fainnama'al 'usri yusro.. innama'al 'usru yusro… Sesungguhnya bersama dengan kesulitan, ada kemudahan…bersama dengan kesulitan, ada kemudahan" (Surat Al Insyirah)

Dunia berputar, bisa saja hal ini menimpa kalian atau orang sekitar. Tapi ya jangan sampai harus mengalami dulu untuk bisa memahami mereka yang depresi dan ingin bunuh diri. Siapa yang menolong mereka yang depresi dan ingin bunuh diri kalau kita baru bisa paham saat mengalami hal yang sama? Jadi, kalau kamu merasa kamu normal, kami butuh kamu, Sahabat! :)

Saya menulis ini berdasar apa yang saya coba pahami dan beberapa kalimat pengembangan dari sebuah blog yang saya baca.






















No comments:

Powered by Blogger.