Celoteh Deni Part 3
Perjalanan dengan menumpangi bus di ibukota, di hari kerja, apalagi pergi sendiri di waktu hampir senja memang paling menyenangkan, penuh sesak, macet, polusi tak karuan, dan gas beracun dari penumpang lain dengan wajah tanpa rasa berdosa dihempaskan, mending dengan suara lantang, ini diem diem keluarnya, konon yg seperti itu sangat menyengat hidung dan lebih mencemarkan udara.
Eh tunggu deh, ini part menyenangkannya mana? Semuanya menyesakkan.
Melewati jalan layang slipi, gue memandangi jalur rel kereta arah tanah abang menuju serpong. Dan tiba saja gue teringat akan masa sekolah sewaktu di salah satu smp negri terkemuka sebut saja "vied-nam" *ups
Sebenernya sewaktu gue smp, gue tipikal murid yang baik, ramah, sholah, rajin menabung, shalat tepat waktu dan selalu mengerjakan pr. (Pembohongan publik). Masa smp gue, hmm sebenernya sih biasa aja namun setidaknya ada kesan dan terpatri gitu di hati. Azeeek.
Gue waktu smp terbilang anak yang pendiem dan tampan (lagi-lagi pembohongan publik), terutama sih setelah menginjak cawu 2 (caturwulan, sistem pendidikan zaman gue 11tahun lalu) karna saat itu gue merasa depresi dengan memiliki teman 1 kelas yg memang gue rasa ga klop banget nya 3kali (banget banget banget) sejak saat itu gue lebih memilih untuk jadi siswa ga eksis dan ga gaul deh eeaa. Apalagi saat itu temen-temen gue tipikal yg tidak menerima kekurangan dari seseorang, ya di usia gue yg masih sangat labil itu, langkah yg harus ditempuh tidak lain ya mengasingkan diri.
Semakin beranjak, naik ke kelas 2 smp tindakan gue makin ekstrim, yaitu cabut ssekolah, saat itu gue ngarasa sekolah itu the worst place yg harus gue datangi, apalgi sejak saat itu gue semakin jadi ejekan sama temen temen gue, dibilang keren, tampan, cool, macho dan berwibawa. (percaya?). Gue pernah cabut sekolah dengan rekor terlama 1 bulan *jeng jeng* kemana aja tuh? Kalo zaman dulu ada warnet, mungkin gue udah menghabiskan waktu cabut dengan online berlama-lama. Sayangnya yang gue pilih adalah cabut ke stasiun depok. Ngapain? Ya naik kereta gitu, keliling jabodeta tanpa bek.
Ada sediikit keuntungan gue cabut trus naik kereta keliling kota, sendiri, gue jadi tau ini loh kota bogor, ini loh jakarta (baca: jegardah), ini loh tanggerang. Karna semasa kecil paling banter diajak jalan ke plaza depok (the most gahol places in town, di mana lo bisa bermain air mancur di lantai basement yyg konon disinyalir menjadi tempat agapok "anak gaul depok" mencari cinta sejati, that's why it called air mancur cinta).
Gue setidaknya jadi tahu tentang dunia luar yg selama ini belum pernah gue singgahi. Pernah satu kali ketika gue berada di stasiun jakarta kota, dengan masih memakai baju seragam sekolah, gue diikutin 4orang remaja berwajah preman nyamperin gue. Ga sampe nyamperin, tapi masih dalam tahap menuju. Gue yg panik langsung sok-nya mencari sosok wanita keibuan,usia ga masalah yg penting cantik /plak. Dengan santainya setelah gue menemukan sosok wanita keibuan, gue menggandeng tangannya seraya bertutur pelan, "maaf bu saya mau pulang tp sayya diikutin preman, ibu pura-pura jadi ibu saya ya" alhamdulillah ya ibu ibu itu ga langsung nendang gue atau teriak maling tapi tersenyum berkataa, "oke".
Oh ibukota, betapa kejamnya dikau dengan saya yang masih pendatang ini. Jika gue tahu sejak awal ibukota itu keras mungkin gue urung niat buat cabut keliling kota.
Tapi ternyata kejadian itu mengajarkan gue banyak hal, terkadang ilmu dan pengalaman dapat kita peroleh dari kejadian terburuk dan kenakalan.
Setelah berapa lama kemudian, ketahuan kalo gue cabut. Dipanggil gue ke sekolah beserta orang tua. Tapi alasan knapa gue cabut sebenernya adalah tindakan bullying yg sering dilakukan kakak kelas ke gue. (Bahkan guru smp gue ga tahu loh, baru tau deh skarang). Memang tindakan bully di sekolah kemurid yg lemah itu sangat bahaya, selain mematahkan mental dan benci sekolah, juga membuat anak baik imut menggemaskan kayak gue jadi mengasingkan diri dari pergaulan juga tidak open minded.
Masa-masa smp gue diisi dengan banyak pengalaman kurang mengenakan tapi membawa gue ke banyak pelajaran berharga.
Bukan berarti di smp gue ga mendapat hal yg baik, justru ada juga. Gue slalu mendapatkan wali kelas dan guru-guru super duperluar biasa. Tanpa beliau mungkin gue ga bisa seperti ini, insyaAllah sbagai orang yg down to earth, sabar dan serius menuju poin penting dalam hidup.
Tiba saja teringat dulu pernah diantar pulang dari sekolah ke rumah oleh bu lilik (wali kelas 1) dan semua keluhan gue dulu seringkali gue tumpahkan ke beliau.
Bu rini , guru matematika favorit gue di smp, aksen jawanya kentel. Dari beliau gue jadi tahu kalau x + y = 0 atau -1 dan seterusnya hingga lo tau bahwa semua hal di dunia tidak dapat dipastikan hasil tepatnya sebelum lo berusaha cari tau.
Menjadi semangat belajar bahasa inggris sama bu eka, gue masih inget pesan beliau.
"Bahasa inggris itu menyenangkan, jangan takut salah dalam berdialog, semua itu proses belajar. Grammar penting tapi niat dan kesungguhan belajar itu jauh lebih penting". Satu-satunya guru yg pesen empek-empek ke gue. Hihihi
Dan sabarnya bu nunung dengerin gue curhat bahkan seringkali gue kerumahnya. Dan guru-guru lainnya yg tak bisa disebutkan karna akhirnya gue sampe juga di terminal grogol yang kemudian harus nyari bus menuju cimone.
Entah kayaknya merindukan masa-masa itu. Obat memang pahit, tapi yang pahit yang menyembuhkan. Memang masa-masa smp gue lebih banyak pahitnya, tapi yang pahit yang banyak pengalaman positif dan manfaat.
-bersambung-
No comments:
Post a Comment