A Letter From Deni
Pernah ga sih kalian ngalamin yang namanya muak? sumpek? bad mood? jengah? dan ingin teriak sekenceng kencengnya? atau nangis sejadi-jadinya? ga nangis sendiri, di pojok pula, dalam kamar gelap, melainkan nangis di sebelah orang yang bisa nasehatin kita, ngerangkul kita dan dia bilang , "nangislah kawan sekeras yang engkau bisa, luapkan emosi sebanyak yang kau sanggup, jika itu bisa membuatmu tenang. tapi inget, kamu masih punya saya dan teman teman lainnya yang selalu bisa ngedukung kamu kawan"
Bosan dan jengah, itu yang saya rasakan setiap kali harus menangis dan meluapkan emosi hanya dengan diri sendiri. hanya bisa menasehati diri sendiri, tanpa ada rangkulan atau kata-kata bijak yang bisa simpan dalam hati.
saya merindukan itu. entah apapun nasehat yang bisa diberikan kepada saya, yang jelas itu bisa membuat saya lega dan tidak menjadi orang yang kesepian.
saya muak menjadi munafik yang tersenyum saat hati sedang perih, saya muak menjadi munafik yang senang melihat masalah orang lain kelar dengan mudahnya sedangkan saya hanya memendamnya.
apakah saya terlalu kekanak-kanakan? ataukan saya hanya cari perhatian? apakah saya terlalu sensitif?
Bosan dan jengah, itu yang saya rasakan setiap kali harus menangis dan meluapkan emosi hanya dengan diri sendiri. hanya bisa menasehati diri sendiri, tanpa ada rangkulan atau kata-kata bijak yang bisa simpan dalam hati.
saya merindukan itu. entah apapun nasehat yang bisa diberikan kepada saya, yang jelas itu bisa membuat saya lega dan tidak menjadi orang yang kesepian.
saya muak menjadi munafik yang tersenyum saat hati sedang perih, saya muak menjadi munafik yang senang melihat masalah orang lain kelar dengan mudahnya sedangkan saya hanya memendamnya.
apakah saya terlalu kekanak-kanakan? ataukan saya hanya cari perhatian? apakah saya terlalu sensitif?
No comments:
Post a Comment