Mengapa Novelku nggak terbit?
Ini adalah salah satu karya sastra karya berupa novel yang belum berhasil diterbitkan, berjudul Ikhwan Gay. Ya ada beberapa pihak di kalangan penerbit yang tidak suka dengan beberapa bagian dalam novel ini. Salah satunya judul. judul awal novel saya yang sempat kontroversi adalah Ikhwan Kok Gay? Lalu diubah judulnya menjadi Ikhwan Kok...? Ya itu tidak masalah bagi saya. okelah saya ganti dengan judul yang mereka inginkan. Lantas masalah pun muncul, ada beberapa bagian dari novel yang menurut mereka menjatuhkan suatu kalangan/ kelompok islam. entahlah saya kurang mengerti, saya sendiri berada dalam kalangan tersebut, buat apa saya menjatuhkan. Setelah saya tilik kembali dan saya tanya, bagian mana yang akan membuat sebuah kalangan akan terjatuh, ternyata ini:
" Afwan ustad, saya terlalu kecewa dengan halaqoh dan liqa yang sering kalian usung. setiap kata-kata dan kalimat yang kalian lontarkan selalu saja membuat tersinggung. saya juga punya kesabaran. cinta itu fitrah, kenapa saya tidak boleh bercinta dengan lawan jenis. sudah jelas dia mencintai saya dan saya pun mencintainya."
" apa itu zina? saya tak paham dengan maksud ustad. lalu apa bedanya dengan poligami. bukankah menyakitkan. itu yang sering ustad bilang ke saya. apalagi kalian, tak ada teman yang selalu mendukung saya. kita memang saling cinta namun butuh waktu untuk memikirkan pernikahan, saya juga ingin mengenalnya, saya ingin jalan bareng dengannya, tidak ujug-ujug menikah. menikah butuh proses kawan. kalian ini kurang waras atau apa sih?"
"apa ini keinginan ustad, supaya saya menjauhi akhwat yang saya cintai itu, apa salahnya bercinta dengan lawan jenis. itu berarti saya normal. untuk apa saya liqo kalau yang diajarkan adalah tak bolehnya bercinta dengan lawan jenis, apa saya harus bercinta dengan SESAMA JENIS.?"
itulah beberapa penggalan dialog klimaks di pertengahan novel yang membuat pihak penerbit tak ingin novel ini menerbitkan. ya memang saya akui sangat teramat kasar, namun di akhir ceritanya menjelaskan bahwa tak semua pemahaman dapat kita terima dengan baik. justru bagaimana proses pemahaman itu diberikan dengan caranya. karena setiap orang memiliki daya pikir serta tangkap yang berbeda.
tapi ya Wallahu alam deh!!!
" Afwan ustad, saya terlalu kecewa dengan halaqoh dan liqa yang sering kalian usung. setiap kata-kata dan kalimat yang kalian lontarkan selalu saja membuat tersinggung. saya juga punya kesabaran. cinta itu fitrah, kenapa saya tidak boleh bercinta dengan lawan jenis. sudah jelas dia mencintai saya dan saya pun mencintainya."
" apa itu zina? saya tak paham dengan maksud ustad. lalu apa bedanya dengan poligami. bukankah menyakitkan. itu yang sering ustad bilang ke saya. apalagi kalian, tak ada teman yang selalu mendukung saya. kita memang saling cinta namun butuh waktu untuk memikirkan pernikahan, saya juga ingin mengenalnya, saya ingin jalan bareng dengannya, tidak ujug-ujug menikah. menikah butuh proses kawan. kalian ini kurang waras atau apa sih?"
"apa ini keinginan ustad, supaya saya menjauhi akhwat yang saya cintai itu, apa salahnya bercinta dengan lawan jenis. itu berarti saya normal. untuk apa saya liqo kalau yang diajarkan adalah tak bolehnya bercinta dengan lawan jenis, apa saya harus bercinta dengan SESAMA JENIS.?"
itulah beberapa penggalan dialog klimaks di pertengahan novel yang membuat pihak penerbit tak ingin novel ini menerbitkan. ya memang saya akui sangat teramat kasar, namun di akhir ceritanya menjelaskan bahwa tak semua pemahaman dapat kita terima dengan baik. justru bagaimana proses pemahaman itu diberikan dengan caranya. karena setiap orang memiliki daya pikir serta tangkap yang berbeda.
tapi ya Wallahu alam deh!!!
No comments:
Post a Comment